Isu UN Bakal Ada Lagi: Penilaian Tidak Hanya Yang Autentik Tetapi Juga Yang Non-Autentik
Posted by WAODE HAMSIA
Universitas Muhammadiyah Surabaya
on November 19, 2024
Sejak penerapan KUMER (Kurikulum Merdeka) tidak ada UN (Ujian Nasional). Ujian ini dianggap untuk membuktikan standar kompetensi peserta didik. Disebabkan UN dianggap alat ukur untuk kualitas Pendidikan nasional di Indonesia. Banyak yang berpendapat dengan penghapusan UN ini membuat kwalitas kemampuan dasar peserta didik tidak seperti jaman dulu.
Saya yang dulu pernah menjadi seorang guru sebelum menjadi dosen merasakan mengajar peserta didik yang saya sebut young learners atau anak-anak dengan mengejar target nilai UN. Sehingga pembelajaran yang saya lakukan tidak selalu menyenangkan. Bahkan peserta didik lebih sering dilatihkan soal-soal UN sebatas memorisasi. Hal ini bertentangan dengan pesan dari Bapak Pendidikan Indonesia yaitu Bapak Ki Hajar Dewantara bahwa ada 3 target mengajar yaitu yang pertama niroke (pengulangan) atau dengan kata lain peserta didik hanya menirukan kemudian yang kedua niteni (mengingat) yang sebatas hanya memorisasi dan yang paling penting yaitu ketiga kalau peserta didik sudah betul-betul paham yaitu nambahi (menambahkan) dengan peserta didik paham sehingga bisa mengembangkan ide-ide nya sendiri.
Perlu dipertimbangkan kebijakan di dunia Pendidikan untuk kembali ke sistem pelaksanaan UN. Pembelajaran di kurikulum baru dengan pendekatan deep learning seharusnya lebih menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan seperti yang menjadi prinsip dasar yaitu salah satunya enjoyable learning. Harapannya peserta didik berfikir bahwa sekolah itu lebih menyenangkan bukan menjadi beban dengan target tertentu. Sehingga pembelajaran menjadi lebih monoton bagi peserta didik.
Harapannya peserta didik lebih siap dalam menghadapi tantangan hidup di masa depan dan membentuk kepribadian peserta didik menjadi individu berkaraktek yang baik. Hal terpenting yang menjadi PR bagi Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah yang dilantik sejak 21 Oktober 2024 adalah sebagaimana yang beliau sampaikan untuk memperbaiki infrastruktur dan kualitas Pendidikan di semua lapisan Masyarakat di seluruh pelosok Indonesia untuk pemerataan Pendidikan.
Alternatif evaluasi yang bisa menggantikan UN menurut penulis yaitu mengukur kemampuan peserta didik dengan asesmen formatif, sumatif dan juga penilaian-penilaian non-autentik selama pembelajaran seperti halnya kemampuan berdiskusi dan bekerjasama dalam pembelajaran kelompok yang berbasis proyek seperti PJBL (Project Based Learning). Disebabkan peserta didik di dalam realita kehidupan dituntut untuk bisa kreatif bahkan kritis dengan segala perubahan juga mampu bekerjasama dalam tim.
Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta didik dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik- baiknya. Berdasarkan teori ini pembelajaran harus berpusat pada peserta didik tidak hanya mendengarkan guru menjelaskan saja tetapi juga keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran bersama teman-temannya. Sehingga lebih bisa mengembangkan potensi dan aktualisai diri peserta didik.
Saya sebagai dosen dari kampus Muhammadiyah selalu saya sampaikan ke semua mahasiswa terutama dari jurusan keguruan untuk menjadi guru yang professional dan mengajar dengan hati. Dengan saya berpesan menjadi guru harus mempunyai prinsip Don’t be temperamental easily. Guru yang tidak mudah marah dan selalu dirindukan peserta didiknya. Lebih penting penulis menyampaikan ke mahasiswa bahwa better quality education must be better quality characteristics. Guru harus bisa selalu memotivasi peserta didik untuk meningkatkan kemampuannya dengan belajar rajin dimanapun dan kapanpun.
Belum lama ini Muhammadiyah merayakan Milad Muhammadiyah yang ke 112 dengan tema “Menghadirkan Kemakmuran Untuk Semua”. Tema ini mencerminkan bahwa Muhammadiyah betul-betul memperjuangkan kesejahteraan yang inklusif bagi seluruh lapisan Masyarakat di seluruh pelosok Indonesia yang adil dan merata. Salah satu fokusnya untuk penguatan Pendidikan dengan berlandaskan nilai-nilai islam berkemajuan, sehingga kemakmuran dapat dirasakan semua lapisan secara merata. Mendikdasmen Prof Abdul Mu’tih mempunyai tagline yaitu Pendidikan bermutu untuk semua sebagai amanat UU Pendidikan Nasional. Dengan meningkatkan kwalitas guru sebagai agen pembelajaran melalui pelatihan-pelatihan kompetensi guru untuk upgrade pengetahuan dan menambah pengalaman.
Perlu dikaji lagi isu terkait UN ini dengan duduk bareng para pengembang Teknologi Pendidikan yang mempunyai peran penting dalam berkontribusi mengembangkan kualitas Pendidikan “Adakah alternatif solusi selain AN (Asesmen Nasional) sebagai pengganti UN ini dilaksanakan lagi seperi zaman dulu?”. Ini menjadi tantangan untuk keterlibatan semua pihak terutama pengembang teknologi Pendidikan agar memastikan keberhasilan proses dalam menciptakan kurikulum baru dengan pendekatan deep learning.