Perspektif Teknologi Pendidikan dan Filosofis (Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi) pada Kurikulum dengan Pendekatan Deep learning

Posted by Yudia Pertiwi
S3 Teknologi Pendidikan Unesa
on January 10, 2025

blog-post-image

Sumber gambar: https://shorturl.asia/kHg9l

Transformasi dalam dunia pendidikan modern telah mendorong penerapan teknologi pendidikan secara luas. Teknologi penddikan, sebagaimana didefinisikan AECT (Association for Educational Communications and Technology) pada 2004 menyatakan teknologi pendidikan sebagai kajian, penerapan prinsip-prinsip etis dalam upaya mendukung proses pembelajaran dan meningkatkan hasil kinerja melalui perancangan, pemanfaatan, serta pengelolaan berbagai proses dan sumber daya teknologi secara efektif (Molenda, 2008).

Manfaat Teknologi Pendidikan memungkinkan pendekatan yang disesuaikan dengan kebutuhan individu siswa. Misalnya, sistem pembelajaran adaptif menggunakan data untuk menyediakan materi belajar yang relevan. Selain itu Aksesibilitas yang Lebih Luas menjangkau akses pembelajaran ke wilayah terpencil melalui platform daring. Ini juga mencakup pendidikan untuk siswa dengan disabilitas melalui teknologi bantu. Juga Efisiensi Proses Belajar dapat menghemat waktu dan biaya dengan menyediakan alat otomatisasi untuk penilaian dan pengelolaan pembelajaran.

Tantangan dalam Teknologi Pendidikan adanya kesenjangan digital karena tidak semua siswa memiliki akses ke perangkat dan internet berkualitas. Ini menciptakan ketimpangan dalam pembelajaran. Kemudahan privasi dan keamanan data, penggunaan teknologi berbasis cloud dan AI meningkatkan risiko kebocoran data siswa. Kurangnya kompetensi pendidik, tidak semua memiliki keterampilan yang memadai untuk memanfaatkan IT secara maksimal.

Teknologi pendidikan adalah kombinasi dari seni, sains, dan praktik etis yang bertujuan meningkatkan pengalaman belajar. Dengan adopsi teknologi yang tepat, pendidikan dapat menjadi lebih inklusif, efisien, dan relevan dengan kebutuhan dunia modern. Namun, penerapan teknologi pendidikan memerlukan pendekatan yang seimbang untuk memastikan bahwa teknologi digunakan untuk memperkuat nilai-nilai pendidikan dan bukan menggantikannya.

Secara ontologis, teknologi pendidikan bukan hanya alat atau media, melainkan sebuah disiplin ilmu yang menggabungkan teori dan praktik dalam memfasilitasi pembelajaran. Teknologi ini menjadi bagian integral dari realitas baru dalam pendidikan yang menggabungkan ruang fisik dan digital. "Teknologi pendidikan memperluas realitas pembelajaran melalui pendekatan multidimensional yang menggabungkan elemen digital dan fisik" (Molenda, 2008).

Perspektif Epistemologi: cara memperoleh dan memvalidasi pengetahuan dalam teknologi pendidikan mengkaji bagaimana pengetahuan diperoleh, disusun, dan divalidasi melalui pendekatan berbasis teknologi. Dengan deep learning, kurikulum dapat dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih personal dan berbasis data. "Deep learning memungkinkan pendidikan untuk berbasis data, menghasilkan pengalaman belajar yang lebih relevan dan efektif" (Yang et al., 2018).

Perspektif Aksiologi: Nilai dan Etika dalam Penerapan Teknologi Pendidikan

Dari perspektif aksiologi, penerapan teknologi pendidikan harus mempertimbangkan nilai-nilai etis dan manfaatnya bagi masyarakat. Teknologi Pendidikan fokus pada efisiensi, keadilan, inklusivitas.

"Integrasi teknologi pendidikan harus mempertimbangkan prinsip keadilan, aksesibilitas, dan etika yang melindungi nilai-nilai kemanusiaan" (Zhao et al., 2020).

Kurikulum merupakan sebuah rancangan sistematis meliputi sasaran, materi, konten pembelajaran, serta pendekatan yang dirancang untuk mengatur proses pembelajaran demi mencapai sasaran pendidikan tertentu. Kurikulum mencakup berbagai pengalaman belajar yang dirancang secara terencana untuk mendorong pengembangan maksimal potensi peserta didik, baik dalam aspek intelektual, emosional, sosial, maupun keterampilan praktis mereka.

Menurut Oliva (1992), kurikulum adalah: "Sebuah rencana atau program yang dirancang untuk memfasilitasi proses pembelajaran melalui berbagai pengalaman pendidikan."

Sedangkan menurut Lawton (1983), kurikulum mencerminkan: "Nilai-nilai, budaya, dan prioritas masyarakat yang diterjemahkan ke dalam bentuk pembelajaran yang sistematis."

Kurikulum berperan sebagai panduan utama dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, membantu: Mengarahkan Proses Pembelajaran: Menyediakan struktur dan kerangka kerja yang jelas bagi pendidik dan siswa. Mencapai Kompetensi Tertentu: Membantu siswa mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang relevan dengan kehidupan. Mencerminkan Nilai Budaya dan Sosial: Kurikulum mencerminkan prioritas dan aspirasi masyarakat, memastikan pendidikan relevan dengan konteks local.

Deep learning sebagai pendekatan pembelajaran yang mendalam mencakup konsep mindful learning, meaningful learning, dan joyful learning. Ketiga konsep ini berkontribusi pada pembelajaran yang lebih holistik, menyentuh aspek kognitif, emosional, dan reflektif dalam proses pendidikan. Berikut adalah penjelasan masing-masing konsep: Mindful Learning merupakan metode pembelajaran yang berfokus pada kesadaran penuh dan keterlibatan peserta didik dalam proses belajar. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Ellen Langer (1989), yang menyatakan bahwa mindful learning melibatkan: kesadaran akan konteks, fleksibilitas kognitif, penghindaran autopilot.

Dalam konteks deep learning, mindful learning memastikan bahwa siswa aktif dan hadir secara mental dalam pembelajaran, yang memungkinkan mereka untuk menggali lebih dalam dalam memahami konsep dan aplikasinya.

Meaningful Learning merupakan pembelajaran yang berorientasi pada pengertian mendalam, di mana siswa menghubungkan pengetahuan baru dengan pengalaman atau informasi yang sudah dimiliki. David Ausubel (1968) memperkenalkan istilah ini sebagai: "Tahapan proses belajar dimana pengetahuan baru berhubungan secara signifikan dengan struktur kognitif sebelumnya". Dalam konteks deep learning, meaningful learning menciptakan pengalaman belajar yang tidak hanya mengajarkan fakta tetapi juga membantu siswa memahami bagaimana pengetahuan itu dapat diterapkan secara praktis.

Joyful learning adalah pembelajaran yang memberikan rasa senang dan motivasi intrinsik kepada siswa. Konsep ini ditekankan oleh para pendidik modern yang percaya bahwa suasana belajar yang positif dan menyenangkan dapat meningkatkan keterlibatan siswa dan hasil belajar.

Karakteristik Joyful Learning; Lingkungan Positif: Pembelajaran berlangsung dalam suasana yang mendukung, tanpa tekanan berlebihan, Aktivitas Interaktif: Siswa dilibatkan dalam permainan, simulasi, atau proyek kreatif, Motivasi Intrinsik: Siswa belajar karena rasa ingin tahu dan kecintaan terhadap materi, bukan karena tuntutan eksternal.

Pendekatan deep learning yang mengintegrasikan mindful, meaningful, dan joyful learning menghasilkan pembelajaran yang lebih holistik, di mana siswa tidak hanya mempelajari informasi baru, tetapi juga merasakan makna dan kebahagiaan dalam proses belajar. Ini sejalan dengan tujuan pendidikan modern, yang tidak hanya menargetkan pencapaian kognitif tetapi juga pengembangan pribadi siswa sebagai individu yang berpikir kritis, reflektif, dan kreatif.

"Kolaborasi antara teknologi pendidikan dan kurikulum menghasilkan sistem pembelajaran yang lebih fleksibel dan relevan untuk abad ke-21" (Chen et al., 2020).

Integrasi teknologi pendidikan, kurikulum, dan deep learning memberikan peluang besar untuk mentransformasi pendidikan. Perspektif filosofis ontologi membantu memahami hakikat teknologi, epistemologi menunjukkan cara memperoleh pengetahuan yang lebih relevan, dan aksiologi memastikan nilai-nilai etika dalam penerapannya. Dengan demikian, pendidikan berbasis teknologi dapat memberikan manfaat optimal, baik dalam konteks pembelajaran formal maupun pelatihan profesional, tanpa mengesampingkan nilai-nilai kemanusiaan.


Daftar Pustaka

Molenda, M. (2008). A new framework for understanding educational technology.

Yang, X., Zhao, Y., & Liu, J. (2018). Applications of deep learning in education.

Chen, G., Yang, H., & Zhang, Y. (2020). Learning analytics for personalized learning. https://doi.org/10.1016/j.compedu.2020.103943

Langer, E. J. (1989). Mindfulness. Addison-Wesley.

Oliva, P. F. (1992). Developing the curriculum. HarperCollins.

Lawton, D. (1983). Curriculum studies and educational planning. Hodder & Stoughton.