Brain Rot : Dalam Perspektif Teknologi Pendidikan

Posted by Dr. Nurdyansyah, S.Pd. M.Pd.
Pakar Teknologi Pendidikan UMSIDA
on January 18, 2025

blog-post-image

Illustration generate by AI

Dalam era digital saat ini, penggunaan teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama bagi anak-anak generasi Z dan Alfa. Namun, penggunaan teknologi yang berlebihan dan tidak terkendali dapat berdampak negatif pada perkembangan kognitif dan psikologis anak. Fenomena ini dikenal sebagai Brain Rot. Dalam perspektif teknologi pendidikan, Brain Rot merupakan ancaman serius yang memerlukan perhatian dan intervensi dari orang tua, pendidik, dan masyarakat.

Apa itu Brain Rot ?” pengunaan teknologi secara berlebihan dan menghabiskan banyak waktu dengan melihat konten tidak berkualitas sehingga terjadi penurunan kognitif maupun psikologis pada anak (pembusukan Otak). Istilah Braind rot muncul untuk memberikan penegasan bahwa budaya Scrolling Sosmed/internet pada generasi Z dan Alfa sangat masif sehingga berdampak negatif terkait kualitas belajar, pola komunikasi dan pemecahan masalah yang buruk pada anak.

Apa yang menjadi pemicu Brain Rot bagi anak?” banyak pemicu terjadinya antara lain:   1) menonton sosmed (Instagram, tiktok, youtube) berlebihan tanpa ada pengawasan orang tua lebih dari 4 jam/hari, 2) Banyaknya konten yang tidak mendidik dibandingkan konten edukatif, 3) banyaknya iklan yang muncul tiba-tiba tidak sesuai dengan usia atau kebutuhan anak; 4) kurangnya interaksi yang dibangun antara orang tua/pendidik dengan anak, 5) minimnya Uswah (praktik baik) yang diberikan orangtua kepada anak, bahkan orangtua lebih memilih gadget-nya untuk menyelesaikan pekerjaannya dibandikna bermain dan melakukan direct communication dengan anaknya. 

Dalam perpektif Teknologi Pendidikan dampak yang muncul dengan prilaku tersebut antara lain:

1)    anak-anak cenderung untuk menyukai hal-hal instan dan cepat dibandingkan melakukan aktifitas step by step;

2)    Anak akan kecanduan dengan konten “receh” sesuai dengan kesukaan anak diperparah dengan adanya algoritma di medsos yang akan menampikan video-video yang disukai anak;

3)    Anak akan mudah kehilangan fokus dan depresi, sehingga anak akan memilih SETIA terhadap Gadget-nya dibandingkan membangun KEAKRABAN dengan keluarga;

4)    Penurunan kemampuan berpikir logis, analitis dan kritis sehingga kepercayaan diri anak tidak terpupuk dengan baik,

5)    Penurunan daya baca dan tulis serta prestasi akademik/non akademik yang berimbas pada motivasi dan mental pejuang anak.

6)    kurangnya empati dan toleransi serta peningkatan perilaku impulsive yang akan beresiko sulitnya mengontrol emosi sehingga anak rentan terhadap risiko gangguan mental.

Kenapa Anak-anak Lebih suka Scrolling Sosmed berjam-jam dan mereka tidak merasa jenuh? karena otak kita memiliki dopamine loop yang berfungsi untuk meningkatkan suasana hati, rasa senang, termotivasi dan rasa ingin tahu sehingga ketika anak melakukan swipe video yang lucu dan menarik maka otak kita akan mengeluarkan dopamine (hormon senang). Apabila kita melihat konten video receh dengan intensitas yang berlebih maka otak kita akan menjadi MALAS untuk berfikir analitik dan kompleks.

Apa Solusi dan strategi yang dapat diambil oleh orang tua/pendidik dalam mengatasi Brain Rot:

1.    Orang tua wajib meluangkan waktu dan memeberikan perhatian dan pengawasan kepada anaknya

2.    Membuat aturan keluarga yang disepakati oleh orang tua dan anak terkait penggunaan media social,

3.    Batasi waktu penggunaan medsos contoh: maksimal 2 jam anak boleh menggunakan medsos selama 1 hari (didampingi orang tua),

4.    Orang tua memberikan pengetahuan konten-konten edukatif apa saja yang bisa diakses oleh anak,

5.    Dorong dan fasilitasi anak-anak untuk beraktifitas fisik dan berbaur dilingkungan sosial sekitar

6.    Latih dan berikan stimulus untuk anak-anak berfikir kritis, inovatif dan kreatif.

Kesimpulan:

Penggunaan teknologi berlebihan dan tidak terkendali pada anak-anak generasi Z dan Alfa dapat menyebabkan Brain Rot, yaitu penurunan kognitif dan psikologis. Pemicunya meliputi penggunaan media sosial berlebihan, konten tidak mendidik, kurangnya interaksi orang tua-anak, dan minimnya praktik baik. Dampaknya mencakup penurunan kemampuan berpikir logis, kecanduan gadget, depresi, dan gangguan mental. Oleh karena itu, orang tua dan pendidik harus mengambil langkah-langkah pencegahan seperti pengawasan, pembatasan waktu penggunaan media sosial, dan stimulasi berpikir kritis untuk mengatasi Brain Rot dan mempromosikan perkembangan anak yang sehat.

Quotes 1:

Sebaik-baiknya orang tua adalah yang memiliki jiwa penuh perhatian (mindful)

Sebaik-baiknya ber-medsos adalah yang mengarahkan untuk mendapatkan makna lebih (meaningful), dan Sebaik-baiknya cara untuk membangun ikatan dan kedekatan dengan anak adalah dengan penuh kegembiraan (joyful)

Quotes 2:

Teknologi adalah PELAYAN yang sangat BERGUNA, tetapi seorang TUAN yang sangat BERBAHAYA, Bijaklah untuk bermedsos dan memahami batasan-batasanya.

Mari kita dekatkan anak-anak dengan teknologi yang berimpak positif, bukan teknologi yang menjerumuskan dalam keburukan.


Referensi:

1.    Hinkley, T., & Taylor, M. (2012). The effects of television on the cognitive and socio-emotional development of children. Journal of Applied Developmental Psychology, 33(5), 273-278.

2.    Rasmussen, K., & Gillam, R. (2017). The effects of screen time on language development in young children. Journal of Developmental & Behavioral Pediatrics, 38(7), 577-583.

3.    Green, L., & Bavelier, D. (2012). Learning, attentional control, and action video games. Current Biology, 22(6), R197-R206.

4.    American Academy of Pediatrics. (2018). Media Use in School-Aged Children and Adolescents.

5.    World Health Organization. (2019). Guidelines on Physical Activity, Sedentary Behaviour and Sleep for Children under 5 Years of Age.

6.    Anderson, C. A., & Bushman, B. J. (2001). Effects of violent video games on aggressive thoughts, feelings, and behavior. Psychological Science, 12(5), 353-359.

7.    Turkle, S. (2015). Reclaiming Conversation: The Power of Talk in a Digital Age.

8.    Kowert, R., & Quandt, T. (2015). The Video Game Debate: Unraveling the Myths and Realities of Digital Games.

9.    Greenfield, P. M. (2015). Technology and Informal Education: What Is Taught, What Is Learned.

10. "The Impact of Screen Time on Children's Mental Health" oleh Royal Society for Public Health (2017)

11. "How Screen Time Affects Kids' Brains" oleh PBS Parents (2018)

12. "The Effects of Excessive Screen Time on Children" oleh Verywell Family (2022)