Design Thinking dan Teknologi Pendidikan: Membangun Generasi Pemecah Masalah Reflektif
Posted by Suryanling
S3 Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Malang
on February 13, 2025

llustration generate by AI
Di era modern yang penuh ketidakpastian dan kompleksitas, dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan untuk membekali siswa dengan keterampilan berpikir kritis, reflektif, serta kemampuan memecahkan masalah yang kompleks. Studi terbaru McKinsey (2024) mengungkapkan mayoritas pekerjaan masa depan akan membutuhkan kemampuan pemecahan masalah kompleks yang tidak dapat diselesaikan dengan pendekatan algoritmik sederhana. Implikasinya, siswa perlu dilatih untuk berpikir adaptif dan kreatif agar mampu menghadapi situasi yang terus berubah.
Salah satu pendekatan yang dalam menjawab tantangan ini adalah design thinking. Bermula dari dunia desain dan inovasi, design thinking telah diadaptasi ke dalam lanskap pendidikan sebagai pendekatan pemecahan masalah yang berpusat pada manusia. Razzouk dan Shute (2012) mendefinisikan design thinking sebagai proses kognitif kompleks yang memungkinkan siswa mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan kritis dalam memecahkan masalah. Prosesnya berorientasi pada eksplorasi, eksperimen, dan iterasi, dengan menempatkan empati, kreativitas, dan refleksi sebagai inti dari setiap tahap.
a. Menghadapi Ill-Structured Problems dengan Design ThinkingSalah satu alasan utama relevansi design thinking dalam pemecahan masalah adalah kemampuannya membantu siswa menghadapi ill-structured problems. Jenis masalah ini mencerminkan tantangan dunia nyata karena tidak memiliki solusi tunggal atau langkah penyelesaian yang pasti (Jonassen, 2011). Berbeda dengan well-structured problems, yang memiliki jawaban tetap dan dapat diselesaikan melalui metode standar, ill-structured problems menuntut siswa untuk berpikir fleksibel, mengeksplorasi berbagai kemungkinan solusi, dan terus beradaptasi melalui proses reflektif. Misalnya, dalam merancang lingkungan sekolah yang ramah lingkungan, siswa harus mempertimbangkan berbagai faktor seperti keberlanjutan, biaya, dan kebutuhan sosial. Mereka perlu menganalisis berbagai perspektif, mengintegrasikan pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu, serta merefleksikan strategi mereka guna menyempurnakan solusi yang lebih efektif dan aplikatif. Design thinking memberikan kerangka konseptual yang memungkinkan siswa memahami kompleksitas tersebut dan menghasilkan solusi inovatif yang sesuai dengan tantangan dunia nyata.
b. Tahapan Design Thinking: Proses Iteratif dan ReflektifSecara struktural, design thinking terdiri dari lima tahap utama—empathize, define, ideate, prototype, dan test—yang berjalan secara iteratif. Setiap tahap dirancang untuk membantu siswa memahami masalah secara mendalam dari perspektif pengguna, mengeksplorasi solusi kreatif, dan menguji efektivitasnya dalam konteks nyata . Sifatnya yang non-linear memungkinkan siswa untuk terus menyesuaikan solusi mereka berdasarkan umpan balik yang diterima di setiap tahap (Alashwal, 2020).
Pada tahap empathize, siswa diajak untuk memahami masalah dari sudut pandang pengguna atau pihak yang terdampak langsung. Proses ini lebih dari sekadar mengumpulkan data; mereka juga diajak untuk melihat masalah sebagai bagian dari konteks sosial dan budaya yang lebih luas. Pemahaman ini membangun empati sebagai dasar berpikir reflektif serta membantu mereka mengenali kompleksitas masalah dan kebutuhan berbagai pihak terkait (Cross, 2023).
Tahap define menantang siswa untuk merumuskan inti permasalahan berdasarkan data yang telah mereka kumpulkan, mendorong mereka untuk mempertanyakan asumsi awal dan menyusun ulang cara pandang mereka terhadap realitas. Setelah itu, tahap ideate mendorong siswa berpikir kreatif tanpa takut salah dan menghasilkan berbagai ide potensial. Dalam konteks ini, design thinking memandang pengetahuan sebagai sesuatu yang dinamis dan berkembang melalui pengalaman serta refleksi (Laurillard, 2012). Oleh karena itu, tidak ada satu jawaban tunggal yang benar; setiap ide adalah peluang untuk mengeksplorasi dan menguji berbagai kemungkinan solusi.
Selanjutnya, tahap prototype dan test membawa siswa dari ranah konseptual ke dunia nyata, di mana mereka mewujudkan ide menjadi bentuk konkret dan menguji efektivitasnya. Proses iteratif ini melibatkan uji coba berulang dan refleksi yang mendalam. Setiap umpan balik menjadi pijakan untuk perbaikan strategi (Cross, 2023). Dari perspektif metakognitif, keseluruhan tahapan design thinking mengembangkan kesadaran siswa tentang cara mereka berpikir dan belajar, membantu mereka mengatur proses berpikir secara mandiri dan lebih efektif.
c. Membangun Pola Pikir Reflektif dan Kemampuan Pemecahan Masalah melalui Design Thinking dan Teknologi PendidikanSejalan dengan pendekatan design thinking, teknologi pendidikan berperan sebagai sistem yang membantu merancang, mengembangkan, menerapkan, dan mengevaluasi pembelajaran. Proses ini memastikan bahwa pengalaman belajar bersifat terstruktur, dari identifikasi kebutuhan hingga evaluasi dampak dan keberhasilan. Setiap tahapan design thinking berperan sebagai siklus pembelajaran yang terus berkembang melalui refleksi dan evaluasi (Nordin et al., 2024).
Selain membangun pola pikir reflektif, design thinking dalam teknologi pendidikan juga berkontribusi terhadap peningkatan kinerja siswa. Pendekatan ini tidak hanya berorientasi pada hasil akademis, tetapi juga melatih keterampilan praktis seperti komunikasi, kolaborasi, dan pengambilan keputusan. Proses iteratif yang menekankan refleksi pada setiap tahap membantu siswa mengevaluasi strategi yang digunakan, menganalisis keberhasilan serta kegagalan, dan menyesuaikan pendekatan mereka untuk hasil yang lebih baik. Studi menunjukkan bahwa keterlibatan dalam proses yang reflektif ini tidak hanya meningkatkan hasil akademis, tetapi juga membangun keterampilan non-kognitif seperti ketahanan, empati, dan kemampuan beradaptasi, yang sangat penting dalam menghadapi tantangan di dunia yang terus berubah (Zhang, 2023). Melalui proses pembelajaran yang berfokus pada refleksi dan revisi, siswa dapat mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang cara belajar yang tidak bersifat linier. Selain dapat memecahkan masalah, siswa juga dapat mengelola proses belajar mereka secara mandiri dan beradaptasi dengan ketidakpastian yang ada.
Dalam implementasinya, design thinking tidak lepas dari tantangan. Tan (2023) mengidentifikasi beberapa kendala seperti keterbatasan waktu, kebutuhan pengembangan profesional guru, dan perlunya dukungan infrastruktur yang memadai. Tantangan-tantangan ini dapat diatasi melalui kombinasi pembelajaran tatap muka dan digital, pengembangan profesional berkelanjutan serta adaptasi yang mempertimbangkan konteks lokal.
SimpulanIntegrasi design thinking dan teknologi pendidikan membuka peluang baru dalam mempersiapkan generasi masa depan dengan membangun keterampilan reflektif yang esensial bagi siswa. Dengan mengutamakan proses iteratif, fasilitasi pembelajaran yang fleksibel, serta peningkatan kinerja berbasis refleksi, siswa dilatih menjadi individu yang kritis, adaptif, dan kreatif. Untuk mengoptimalkan potensi pendekatan ini, kolaborasi antara guru, sekolah, dan pembuat kebijakan sangat diperlukan. Dengan dukungan yang tepat, ekosistem pendidikan yang lebih inklusif dan berorientasi pada pembelajaran reflektif dapat diwujudkan.
Sumber Referensi
Alashwal, M. (2020). Design thinking in stem education: a review. International Research in Higher Education, 5(1), 18. https://doi.org/10.5430/irhe.v5n1p18
Cross, Nigel. Design Thinking: Understanding How Designers Think and Work. Bloomsbury Publishing, 2023.
Dorn, Emma, et al. "The Skills Revolution and the Future of Learning and Earning." McKinsey & Company, 5 Oct. 2024, www.mckinsey.com/industries/education/our-insights/the-skills-
revolution-and-the-future-of-learning-and-earning#/. Accessed 1 Feb. 2025.
Jonassen, D. H. (2011). Learning to Solve Problems: A Handbook for Designing Problem-Solving Learning Environments. Routledge.
Laurillard, D. (2012). Teaching as a Design Science: Building Pedagogical Patterns for Learning and Technology. Routledge.
Nordin, N. S., Junaidi, J., s Hanid, M. F. A. (2024). Integrating problem-based learning and design thinking: innovative approaches to enhancing student engagement. Journal of Research, Innovation, and Strategies for Education (RISE), 1(1), 41-57.
https://doi.org/10.70148/rise.4
Razzouk, R., C Shute, V. (2012). What is Design Thinking and Why is it Important? Review of Educational Research, 82(3), 330–348.
Tan, A. (2023). Design thinking from multiple perspectives. Research in Integrated STEM Education, 1(2), 211-215. https://doi.org/10.1163/27726673-bja00015
Zhang, J. (2023). Design thinking for english teachers: the unique value of improving teaching practice. Journal of Education Humanities and Social Sciences, 23, 645-651.