Learning Material Based on Microlearning: Solusi Pembelajaran di Era Digital

Posted by Lara Febri Dwi Putri
S2 Teknologi Pendidikan Unesa
on March 25, 2025

blog-post-image

Ilustration generate by AI

Di era digital, kebutuhan akan pembelajaran yang cepat, fleksibel, dan efisien semakin meningkat. Salah satu pendekatan yang semakin populer adalah microlearning. Istilah microlearning pertama kali diciptakan pada tahun 2003 sebagai “learning in a small unit”. Pemanfaatan teknologi dalam pengajaran dan pembelajaran yang ditawarkan oleh microlearing membuat seseorang dapat mengakses materi pembelajaran dalam bentuk bite size format melalui perangkat digital dengan ruang dan waktu yang fleksibel.

Fleksibilitas dan mobilitas yang ditawarkan oleh microlearning memungkinkan mahasiswa untuk belajar kapan pun dan di mana pun mereka berada, meningkatkan aksesibilitas dan kenyamanan pembelajaran. Selain itu, microlearning juga meningkatkan efisiensi pembelajaran dengan memfokuskan pada informasi yang paling penting dan relevan bagi mahasiswa, sehingga meningkatkan retensi dan pemahaman mereka atas materi tersebut.

Konsep Learning Material Based on Microlearning

Learning material yaitu mencakup materi dan alat yang digunakan sebagai alat bantu dalam pembelajaran sebagai tujuan dalam konteks pendidikan (Hansen & Gissel, 2017). Learning materials dikembangkan dalam bentuk media cetak maupun non cetak dan mengacu pada kriteria dari masing-masing komponennya yaitu tujuan pembelajaran, peta konsep, petunjuk belajar, materi belajar, kegiatan pembelajaran dan evaluasi hasil belajar (Syifa et al., 2021). Learning material dapat berbentuk infographic dengan menerapkan prinsip chunk atau pembilahan materi yang terdapat pada microlearning.

Infographic = Information + Graphic

Microlearning menurut (Kapp & Defelice, 2019) adalah: “microlearning is an instructional unit that provides a short engagement in an activity intentionally designed to elicit a specific outcome from the participant”. Dari definisi tersebut menjelaskan bahwa microlearning adalah unit instruksional yang menyediakan keterlibatan singkat dalam kegiatan yang sengaja dirancang untuk mendapatkan hasil tertentu dari peserta. Hal ini selaras dengan Shannon Tipton, 2017 (dalam (Kapp & Defelice, 2019)) mengatakan bahwa kreasi. microlearning perlu mengatasi keingian individu untuk belajar kapan saja dan dimana saja dan mengatur waktu belajarnya. Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahaw microlearning Microlearning adalah teknik pengajaran yang melibatkan pembagian konten pembelajaran menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, biasanya dalam bentuk video pendek, klip, atau modul.

Karakteritik Learning Material Based on Microlearning

Microlearning memiliki beberapa karakteristik utama yang membedakannya dari metode pembelajaran konvensional, terutama dalam hal durasi, fokus materi, serta fleksibilitas dalam penyampaian. Berikut karakteristik utama dari learning material based on microlearning meliputi (Barus & Bontisesari, 2023):

1.  Bite-sized and easily accessible 

Microlearning identik dengan karakteristiknya yang berukuran kecil dan mudah diakses oleh mahasiswa. Konsep ini menyediakan serangkaian konten pembelajaran singkat dengan jangka waktu 5-7 menit.

2.    Flexibility

Microlearning menghasilkan karakteristik pembelajaran fleksibilitas dan interaktivitas. Fleksibilitas menyiratkan bahwa tidak terbatas pada ruang kelas tradisional untuk memenuhi kebutuhan belajar melalui penggunaan perangkat digital.

3.    Integration with technology

Microlearning sangat bergantung pada teknologi digital dan sumber daya online, yang dapat meningkatkan pengalaman belajar dan memberikan dukungan tambahan bagi mahasiswa.

4.    Teacher adaptability

Microlearning mengharuskan guru untuk mudah beradaptasi dan bersedia menggunakan teknologi digital untuk menyampaikan konten dengan cara yang lebih dinamis dan menarik.

Prosedur Pemanfaatan Learning Material Based on Microlearning

1.    Identifikasi Learning Outcome

Sebelum mengembangkan learning material based on microlearning, penting untuk menentukan learning outcome atau tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Tujuan yang jelas akan membantu menyusun konten yang relevan dan tidak menyimpang dari inti pembelajaran. Menurut Margaryan et al. (2015), perancangan learning material based on microlearning yang efektif harus berbasis pada learning outcome yang terukur dan sesuai dengan kebutuhan pembelajar.

2.    Penyusunan Konten yang Ringkas dan Terfokus

Learning material based on microlearning berfokus pada penyampaian informasi dalam durasi singkat, biasanya antara 3 hingga 10 menit. Konten harus disusun dalam bentuk modul kecil yang membahas satu topik utama agar mudah dipahami dan diingat. Hug (2005) menyebutkan bahwa efektivitas learning material based on microlearning bergantung pada pembagian informasi ke dalam unit-unit kecil yang memungkinkan pemrosesan kognitif lebih optimal.

3.    Pemilihan Format yang Sesuai

Learning material based on microlearning dapat disajikan dalam berbagai format seperti video pendek, infografis, kuis interaktif, simulasi, atau podcast. Menurut Guo, Kim, & Rubin (2014), durasi video yang lebih pendek cenderung meningkatkan keterlibatan pembelajar, karena perhatian mereka dapat dipertahankan lebih lama dibandingkan dengan video berdurasi panjang.

4.    Distribusi Learning Material Based on Microlearning  Melalui Platform Digital

Learning material based on microlearning dapat diakses melalui berbagai perangkat digital seperti smartphone, tablet, atau komputer. Oleh karena itu, platform pembelajaran seperti Learning Management System (LMS), aplikasi mobile, atau media sosial dapat dimanfaatkan. Brown et al. (2017) menekankan bahwa fleksibilitas akses adalah salah satu faktor utama yang membuat microlearning efektif dalam meningkatkan pengalaman belajar.

5.    Interaksi dan Evaluasi Pembelajaran

Agar pembelajaran lebih efektif, learning material based on microlearning harus dirancang agar interaktif. Misalnya, dengan menyertakan kuis atau tugas singkat setelah setiap sesi untuk memastikan pemahaman pembelajar. Menurut Mayer (2009), interaktivitas dalam pembelajaran berbasis digital dapat meningkatkan retensi informasi dan pemahaman konsep secara lebih mendalam.

6.    Umpan Balik dan Pengembangan Berkelanjutan

Setelah implementasi, penting untuk mengumpulkan umpan balik dari pembelajar guna memperbaiki dan mengembangkan learning material yang lebih relevan dan menarik. Learning material based on microlearning bersifat fleksibel, sehingga dapat diperbarui atau disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan pengguna. Hrastinski & Aghaee (2012) menekankan pentingnya evaluasi berbasis data dalam pengembangan learning material based on microlearning yang lebih adaptif dan efektif.

Simpulan

Microlearning merupakan pendekatan inovatif yang sangat relevan di era digital. Dengan penyajian materi yang singkat, interaktif, dan mudah diakses, microlearning dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran serta keterlibatan pembelajar. Melalui integrasi dengan teknologi pendidikan seperti LMS, AI, dan gamifikasi, microlearning dapat menjadi solusi pembelajaran yang lebih fleksibel dan adaptif terhadap kebutuhan individu. Namun, untuk mendapatkan hasil yang maksimal, diperlukan strategi implementasi yang tepat agar dapat mengatasi tantangan dalam penerapannya.

Referensi

Barus, I. R. G., & Bontisesari. (2023). Exploring the Potentials of Microlearning in English Language Teaching in Higher Education. Asian Journal of Applied Education (AJAE), 2(4), 557–566. https://doi.org/10.55927/ajae.v2i4.6356

Brown, A., Green, T. D., & Kale, U. (2017). The Educator’s Guide to Designing Games and Creative Active-Learning Exercises: Theoretical and Practical Perspectives. Routledge.

Guo, P. J., Kim, J., & Rubin, R. (2014). How video production affects student engagement: An empirical study of MOOC videos. In Proceedings of the First ACM Conference on Learning @ Scale Conference (pp. 41-50).

Hansen, T. I., & Gissel, S. T. (2017). Quality of learning materials. IARTEM : International Association for Research on Textbooks and Educational Media, 9(1), 122–141. https://doi.org/https://doi.org/10.21344/iartem.v9i1.601

Hrastinski, S., & Aghaee, N. M. (2012). How are campus students using mobile devices for online learning? Computers & Education, 59(1), 138-146.

Hug, T. (2005). Microlearning: A New Pedagogical Challenge (Introduction). In T. Hug (Ed.), Microlearning: Emerging Concepts, Practices and Technologies after e-Learning (pp. 1-4). Innsbruck University Press.

Kapp, K. M., & Defelice, R. A. (2019b). Microlearning: Short and Sweet. www.td.org/books

Margaryan, A., Bianco, M., & Littlejohn, A. (2015). Instructional quality of Massive Open Online Courses (MOOCs). Computers & Education, 80, 77-83.

Mayer, R. E. (2009). Multimedia Learning (2nd ed.). Cambridge University Press.

Syifa, D. N., Khaerudin, & Mulyadi. (2021). Pengembangan Learning Materials untuk E-learning Mata Kuliah Metodologi Penelitian. Jurnal Pembelajaran Inovatif, 4(1), 82–90. https://doi.org/10.21009/jpi.041.11