Kamus, Ensiklopedi, dan Standardisasi Istilah Teknologi Pendidikan Tak Bisa Ditunda Lagi

Posted by Sugiarso
PT FREEPORT INDONESIA
on October 04, 2024

blog-post-image


Artikel pemantik yang ditulis oleh Prof Mustaji tentang tulisan Prof Degeng terkait opini “pengkhianatan teknologi pendidikan” menarik untuk ditanggapi. Ada salah satu pernyataan dan pertanyaan yang menarik, yakni “Pengembang teknologi pembelajaran siapakah dia? Siapa yang terlibat? Bagaimana dengan manajer-manajer teknologi pembelajaran?”. Dari kalimat ini memunculkan penelusuran akademik dan empiric pada satu hal, yakni masalah penggunaan istilah-istilah khas teknologi pendidikan .

 

Penggunaan istilah-istilah teknologi pendidikan (ITP) ini setuju atau tidak setuju menunjukkan fakta penyataan atau pertanyaan Prof Degeng tersebut. Mengapa demikian? Ketika para pengembang teknologi pembelajaran atau pendidikan melakukan tugasnya akan tampak kelihatan para pengembang yang “orang TP” dan “bukan orang TP”. Maksud “orang TP” adalah pengembang yang memiliki pendidikan formal TP dan bekerja di bidang TP, sedangkan “bukan orang TP” adalah pengembang yang tidak memiliki pendidikan formal di TP namun bekerja di bidang TP”. Perbedaan latar belakang pendidikan ini terbukti menimbulkan “keresahan” penggunaan ITP. Ketidakseragaman penggunaan ITP ini tidak bisa dibiarkan terus-menerus tanpa ada usaha untuk mencari solusinya

 

Sekedar mengambil sampel lima istilah pokok di dalam bidang TP yang sering digunakan, yakni instructional, teaching, learning, learner, scaffolding. Lima istilah ini jika diterjemahkan oleh orang TP dan bukan orang TP akan berbeda, bahkan sesame orang TP saja bisa diterjemahkan berbeda. Instructional ada yang menerjemahkan dengan instruksi, instruksional, pengajaran atau pembelajaran. Teaching ada yang menerjemahkan mengajar, pengajaran, atau pembelajaran. Learner ada yang menerjemahkan pembelajar, siswa, peserta didik, atau pebelajar. Scaffolding ada yang menerjemahkan perancah, dukungan, cantolan, pijakan. Satu hal yang lebih memprihatinkan adalah tatkala orang atau bukan orang TP itu merujuk, menulis, atau presentasi kepada buku-buku terjemahan, apalagi terjemahan dari google. Sungguh ini menjadi “keresahan” bidang TP.

 

Situasi ini pelu ditanggapi untuk “menghidupkan atau meramaikan rumah TP” agar maju dan berkembang secara professional. Penyusunan Kamus,Ensikopledi, dan Standarisasi Istilah Teknologi Pendidikan (KESITP) menjadi kebutuhan yang tidak bisa ditunda. Bidang-bidang yang sudah mapan telah memiliki kamus istilah ini, misalnya kamus istilah kedokteran, kamus istilah akuntansi, kamus istilah keperawatan dan semacamnya. Kamus ini sangat baik diterbitkan oleh IPTPI sebagai sebuah asosiasi profesi yang berhak dan layak untuk menerbitkan dan menjadi barometer TP di Indonesia

 

Penerbitan kamus ini setidaknya bisa merujuk pada bukunya Rita Richey berjudul Encyclopedia of Terminology for Educational Communications and Technology dan buku The SAGE Encyclopedia of Educational Technology sebagai referensi istilah-istilah yang akan diambil. Hal pokok adalah masalah ITP dalam Bahasa Indonesia diusahakan bisa baku dan standard; dan itu IPTPI harus mengambil peran.

 

Pada Rita Richey dalam pengantar bukunya itu mengatakan berikut ini.

These words have been the cry not only of Eliza Doolittle but many a scholar, prac- titioner, and graduate student in the field of Educational Technology. The words that describe our field not only span a wide array of specializations and theoretical ori- entations, but to further complicate this state of affairs, the vocabulary of the field is frequently changing. New words emerge and the definitions of existing words change to reflect particular nuances of thought, technological advancements, or even the disparate global interpretations of a given term. This book is an effort of the current AECT Definition and Terminology Committee to address the challenges of this situation.

This book is not a glossary, but rather it is an encyclopedia of terminology that is central to the educational technology field. We seek not to simply define but to explain. These explanations describe the scope of a given concept, alternative views and interpretations of the term, and often future trends. Moreover, these explana- tions are rooted in the scholarly literature of the field.

 

Ungkapannya tersebut pada dasarnya selaras dengan kebutuhah IPTPI untuk menghilangkan “keresahan” ITP yang tak terkontrol ini. Hadirnya buku KESITP ini tentu dibutuhkan mengingat manfaat yang dihasilkan bukan hanya membuat TP sebagai ilmu semakin powerfull namun juga komunikasi ilmiah menjadi lebih mudah dan menghindari salah paham dan paham salah. Bagiamana menurut Anda?