PROJECT BASED SEAMLESS LEARNING: MENYATUKAN PROYEK DAN TEKNOLOGI DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN

Posted by Vicy
Universitas Muhammmadyah Sidoarjo
on July 03, 2025

Di balik keberhasilan pendidikan anak usia dini (PAUD), terdapat sosok-sosok pendidik yang tidak hanya sabar dan penuh kasih, tetapi juga cakap dalam menyusun pembelajaran yang menarik dan inovatif. Perencanaan pembelajaran bukan hanya soal administrasi, tetapi jantung dari proses belajar yang menyenangkan dan bermakna bagi anak usia dini.

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah fondasi dari pembangunan karakter bangsa. Maka, kualitas guru PAUD haruslah berkualitas. Namun, proses mempersiapkan guru PAUD masa depan masih menghadapi tantangan serius, terutama pada kemampuan menyusun perencanaan pembelajaran. Mahasiswa calon guru PAUD sering kali mengalami kesulitan dalam memahami konsep perencanaan dan menerapkan prosedur pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak usia dini.

Sangat penting untuk memahami konsep dalam proses belajar mengajar, terutama bagi calon pendidik anak usia dini. Kemampuan ini tidak terbatas pada kemampuan untuk memahami ide-ide saja, namun mencakup kemampuan untuk menghubungkan ide yang satu dengan ide-ide yang lain, menerjemahkan, menginterpretasikan, dan menerapkan ide-ide tersebut ke situasi dunia nyata dalam bentuk perencanaan pembelajaran. Dalam pemahaman konsep, mahasiswa tidak hanya sebatas mengenal tetapi harus dapat menghubungkan satu konsep dengan konsep lainnya (Adhani & Rupa, 2020a).

Sayangnya, mahasiswa sering mengalami kesulitan untuk berpikir kritis dan memecahkan masalah dengan benar, yang menghambat mereka untuk memahami konsep dan menerapkan prosedur dalam menyusun perencanaan pembelajaran bagi anak usia dini dengan baik dan sesuai. Hal tersebut dikarenakan mudahnya mendapatkan contoh yang dapat diadopsi dan digunakan langsung yang tersedia di media sosial maupun aplikasi tanpa melihat prinsip-prinsip perencanaan pembelajaran yang benar.

Oleh karena itu, sangat penting bagi dosen untuk menyampaikan materi dalam konteks yang terkait dengan kehidupan nyata, agar ide-ide yang disampaikan lebih mudah dipahami dan tidak membuat mahasiswa salah menginterpretasikannya. Pemahaman konsep diidentifikasi melalui beberapa cara, yakni melakukan diagnosis, perubahan pola pengajaran dan remidisasi. Salah satu fokus pengkajiannya melalui kegiatan diagnosis. Pemahaman konsep dapat didiagnosa melalui analisis conceptual knowledge (pengetahuan konseptual) (Nikat dkk., 2022).

Memahami konsep berarti menerjemahkan, menginterprestasikan, ekstrapolasi, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi adalah langkah-langkah dalam proses yang memiliki keterampilan unik (Susiloningsih, 2020). Selain itu pengetahuan prosedural diperlukan juga dalam penyusunan perencanaan pembelajaran yang baik. Pengetahuan prosedural dikembangkan melalui pelatihan pemecahan masalah, dan terkait dengan jenis masalah tertentu. Shepherd (Majeed, 2020) menyatakan bahwa pengetahuan prosedural adalah pengetahuan yang berhubungan dengan bagaimana sesuatu itu benar, dan dicapai dengan mengikuti serangkaian langkah-langkah spesifik dan berurutan.

Pemahaman konseptual & prosedural diharapkan saling terkait satu sama lain dalam mencapai output belajar yang maksimal. Sebaliknya, memiliki pengetahuan prosedural tetapi tidak memiliki pengetahuan konseptual yang cukup akan mengakibatkan siswa mahir memanipulasi simbol tetapi tidak memahami dan mengetahui maknanya. Kondisi ini memungkinkan siswa memberikan jawaban atas suatu masalah tanpa memahami apa yang mereka lakukan. Jadi pemahaman konseptual dan prosedural keduanya sangat diperlukan dan saling terkait (Bisson et al., 2016).

Dalam mata kuliah perencanaan pembelajaran, mahasiswa diajarkan cara menyusun rencana pembelajaran yang efektif, termasuk tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, serta penilaian dan evaluasi. Rencana ini harus sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak usia dini. Mahasiswa juga perlu mempelajari kurikulum yang berlaku untuk PAUD yang mana harus memenuhi standar pembelajaran serta dibekali berbagai metode dan strategi pengajaran yang sesuai untuk anak usia dini, seperti pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran melalui bermain, dan penggunaan media dan alat bantu yang kreatif. Tak hanya itu, mahasiswa juga diajarkan cara merancang dan menerapkan teknik penilaian yang sesuai untuk menilai perkembangan dan pemahaman anak, serta memberikan umpan balik yang konstruktif untuk perbaikan.

Oleh karena itu perlu adanya inovasi dalam pelaksanaan pembelajaran yang tidak hanya mengandalkan kelas dan tatap muka namun luwes dalam pelaksanaan proses pembelajaran serta memberi motivasi dan memfasilitasi mahasiswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya, di mana saja, kapan saja, tidak terbatas oleh ruang.


Menyatukan Proyek dan Teknologi dalam Pembelajaran PROSEAM

Model Project based Seamless Learning (PROSEAM) adalah model pembelajaran yang menggabungkan dua pendekatan yaitu Project-Based Learning (PjBL) dan Seamless Learning. PjBL memungkinkan mahasiswa belajar melalui proyek nyata. Mahasiswa diajak untuk menyusun rencana pembelajaran, melaksanakannya, dan mengevaluasi hasilnya secara langsung. Ini menciptakan pengalaman belajar yang otentik dan relevan. Thomas (2000), menjelaskan bahwa Project-Based Learning (PjBL) memungkinkan siswa belajar dengan cara yang lebih aktif dan kontekstual, yang membantu siswa belajar berpikir kritis, bekerja sama, dan berkomunikasi. Cahyono, dkk (dalam Pratiwi, 2023), menjelaskan project-based learning dapat dilaksanakan dengan baik bila mahasiswa telah memiliki pengetahuan dan keterampilan awal. Dari penelitian Nugraha dkk (2023) tentang model Project-Based Learning, mahasiswa terlibat dalam proyek yang memerlukan penerapan prosedur dan konsep yang telah dipelajari. Kerja proyek memuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan (problem) yang sangat menantang, dan menuntut siswa untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri. Melalui pengalaman ini, mahasiswa tidak hanya memahami teori di balik prosedur tetapi juga bagaimana menerapkannya secara praktis dalam konteks yang relevan.

Sementara itu, Seamless Learning memperluas ruang belajar dari hanya di kelas menjadi lintas ruang, waktu, dan berkelanjutan (Looi, et al, 2019). Mahasiswa dapat belajar kapan saja dan di mana saja—di kampus, di rumah, saat magang di sekolah PAUD, bahkan di ruang digital seperti e-learning. Belajar menjadi aktivitas berkesinambungan, bukan hanya berlangsung saat jam kuliah. Seamless learning merupakan sebuah konsep pembelajaran yang mengintegrasikan pengalaman belajar di dalam dan di luar kelas dengan memanfaatkan teknologi digital (Sa’diyah, 2024: 44).

Looi et al (2019) menjelaskan 10 dimensi dalam lingkungan Mobile Seamless Learning (MSL), yaitu: a) MSL1: Meliputi pembelajaran formal dan informal; b) MSL2: Meliputi pembelajaran personal dan sosial; c) MSL3: Pembelajaran lintas waktu; d) MSL4: Pembelajaran lintas lokasi; e) MSL5: Akses pengetahuan berbasis ubiquitous yaitu akses pengetahuan terintegrasi di mana-mana ke sumber belajar daring; f) MSL6: Meliputi dunia digital dan non digital; g) MSL7: Penggunaan gabungan beberapa jenis perangkat (termasuk komputer desktop, papan tulis interaktif); h) MSL8: Pengalihan yang lancar dan cepat antara beberapa tugas pembelajaran (seperti pengumpulan data, analisis, dan komunikasi); i) MSL9: Sintesis pengetahuan (pengetahuan sebelumnya dan baru serta beberapa tingkat keterampilan berpikir, dan/atau pembelajaran multidisiplin); j) MSL10: Meliputi beberapa model aktivitas pedagogis atau pembelajaran (difasilitasi oleh guru).

Dari penjelasan di atas secara pedagogis, seamless learning menyediakan fleksibilitas konteks belajar yang berkelanjutan, sedangkan Project based learning memperkuat keterlibatan kognitif dan pengalaman nyata, sehingga mahasiswa memungkinkan untuk mengakses, mengelola, dan menerapkan pengetahuan lintas konteks melalui proyek nyata.

Dengan kata lain, PROSEAM bukan hanya metode, tetapi filosofi pembelajaran yang menghargai keberagaman mahasiswa dan memaksimalkan pengalaman mereka dalam konteks nyata. Model Project-Based Seamless Learning (ProSeam) didasarkan pada prinsip-prinsip teori konstruktivisme dan kontekstual, yaitu siswa membangun pengetahuannya melalui proyek nyata sesuai dengan kebutuhan nyata di lapangan dan menekankan pentingnya eksplorasi konsep dalam penyusunan rencana pembelajaran agar sesuai dengan karakteristik anak usia dini. Melalui strategi elaborasi, pengulangan yang aktif dalam mentransfer pengetahuan, dan penjelasan, mahasiswa tidak sekedar menghafal namum memahami konsep secara mendalam (Schunk, 2012: 67). sehingga pemahaman konsep yang telah mahasiswa kuasai dapat diimplementasikan ke dalam penyusunan perencanaan pembelajaran.

Model ProSeam juga mengacu pada teori sosial dan konektivisme, dimana sebagai calon pendidik, mahasiswa dapat belajar bersama, berbagi pengetahuan, dan merefleksi hasil kerja yang dilakukan secara berkolabarosi untuk memperbaiki rancangan pembelajaran secara berkelanjutan. Mahasiswa dapat belajar secara mulus tanpa terikat dengan ruang dan waktu dan dapat dilakukan dengan menggunakan telnologi atau tanpa teknologi untuk mengakses sumber belajar, berkomunikasi, hingga mempresentasikan hasil. pemanfaatan seamless learning dipadukan dengan teknik pembelajaran formal, informal, dan proyek memiliki capaian pembelajaran yang lebih tinggi daripada pembelajaran dengan model konvensional Safiah dkk (2020). Desain seamless learning membuat siswa menjadi pembelajar otonom yang dapat memutuskan kapan, di mana, dan bagaimana cara belajar (Looi et al, 2019).

Dari pengalaman ini, kita belajar bahwa pembelajaran yang efektif tidak harus rumit. Yang dibutuhkan adalah keberanian untuk berubah dan kemauan untuk memberi ruang kepada mahasiswa untuk bereksplorasi. Sudah saatnya kita berhenti memaksa mahasiswa untuk menghafal teori tanpa memahami konteksnya. Di era pendidikan berbasis Outcome-Based Education (OBE), keberhasilan mahasiswa tidak hanya diukur dari nilai ujian, tapi dari seberapa jauh mereka mampu menerapkan ilmu yang didapat ke dalam praktik nyata. PROSEAM hadir sebagai jembatan antara dunia akademik dan dunia praktik. Ini adalah langkah kecil namun strategis menuju perubahan besar dalam pendidikan tinggi, khususnya di bidang keguruan.

Bagi Mahasiswa model ini terbukti meningkatkan pemahaman konsep secara signifikan. Mahasiswa tidak hanya tahu apa dan bagaimana membuat RPPH (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian), tetapi juga mengapa itu penting. Mereka belajar menghubungkan teori dengan praktik, menyusun tujuan pembelajaran berdasarkan karakteristik anak, dan mengevaluasi efektivitas rencana yang telah mereka buat. Lebih dari itu, PROSEAM mengasah soft skills penting seperti berpikir kritis, kerja sama, kreativitas, dan komunikasi. Ini adalah bekal berharga ketika kelak mereka benar-benar mengajar di lapangan.

Penerapan PROSEAM bukan tanpa tantangan. Dosen perlu bertransformasi dari pusat informasi menjadi fasilitator aktif. Mahasiswa juga dituntut untuk lebih mandiri dan proaktif. Teknologi harus diintegrasikan secara cerdas dan tidak hanya menjadi pajangan. Namun jika kita ingin melahirkan pendidik PAUD yang profesional, kita tidak bisa terus mengandalkan cara-cara lama. Kita harus memberi mereka pengalaman belajar yang otentik, interaktif, dan transformatif.

Mengubah cara mengajar memang tidak mudah. Tapi perubahan selalu dimulai dari kesadaran dan langkah kecil yang konsisten. PROSEAM adalah wujud nyata bahwa pembelajaran bisa lebih kontekstual, aktif, dan bermakna. Jika kita ingin anak-anak Indonesia belajar dengan menyenangkan dan mendalam, maka para gurunya pun harus mengalami proses belajar yang serupa.


Daftar Rujukan

Adhani, A., & Rupa, D. (2020a). Analisis Pemahaman Konsep Mahasiswa Pendidikan Biologi

Pada Matakuliah Fisiologi Tumbuhan. Quantum: Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, 11(1), 18. https://doi.org/10.20527/quantum.v11i1.8035

Bisson, Marie-Josee, et, al. (2016). Measuring Conceptual Understanding Using Comparative

Judgement. Int. J. Res. Undergrad. Math. Ed. (2016) 2:141–164 DOI 10.1007/s40753-016-0024-3

Looi, C, Wong, L, C. Glahn, S. Cai. (2019). Seamless Leraning: Perspectives, Challenges and

Opportunities. Spinger: https://doi.org/10.1007/978-981-13-3071-1

Majeed, Ban Hassan. (2020). The Relationship Conceptual Procedural Knowledge Knowledge Between and among Students of the Mathematics Department at the Faculty of Education for Pure Sciences/Ibn Al Haitham, University of Baghdad. International Journal of Innovation, Creativity and Change, 12 (4), 333-346. http://www.ijicc.net/

Nikat, R. F., Algiranto, A., Loupatty, M., & Henukh, A. (2022). Pemahaman Konsep Dinamika

dan Kinematika Berdasarkan Conceptual Knowledge Melalui Aplikasi Game Quizizz. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, 10(2), 218–230. https://doi.org/10.24815/jpsi.v10i2.23418

Nugraha, I. R. R., Supriadi, U., & Iman, M. (2023). Efektivitas Strategi Pembelajaran Project

Based Learning dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa. Jurnal Penelitian dan Pendidikan IPS (JPPI), 17(1), 39–47.

Partiwi, dkk. (2023). Panduan Implementasi Pembelajaran Berpusat Pada Mahasiswa.

Jakarta: DirjenDikti Kemendikbudristek.

Sa'diyah, dkk. (2024). Strategi Pembelajaran 5.0. Solok: PT Mafy Media Literasi Indonesia.

Schunk, Dale. H. (2012). Learning Theories an Educational Perspective. Teori-

teori Pembelajaran: Perspektif Pendidikan. Edisi Keenam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Safiah, I., Degeng, I. N. S., Setyosari, P., & Ulfa, S. (2020). Design and development of seamless

learning to improving learning outcome of Islamic economic course: A case study in Indonesia. Journal of E-Learning and Knowledge Society, 16(3), 60-67 Pages. https://doi.org/10.20368/1971-8829/1135249

Susiloningsih, W. (2020). Analisis Pemahaman Konseptual Mahasiswa Pgsd pada Mata Kuliah

Perencanaan Dengan Pendekatan Saitifik. Jurnal Basicedu, 4(1), 1–6.